Terbaginya
titrasi ini dikarenakan tidak ada satu senyawa (titran) yang dapat bereaksi
dengan semua senyawa oksidator dan reduktor, sehingga diperlukan berbagai
senyawa titran. Karena prinsipnya adalah reaksi redoks, sehingga pastinya akan
melibatkan senyawa reduktor dan oksidator, karena Titrasi redoks melibatkan
reaksi oksidasi dan reduksi antara titrant dan analit. Jadi kalau titrannya
oksidator maka sampelnya adalah reduktor, dan kalau titrannya reduktor maka
samplenya adalah oksidator.
Banyak
aplikasi dalam bidang industri misalnya penentuan sulfite dalam minuman anggur
dengan menggunakan iodine, atau penentuan kadar alkohol dengan menggunakan
kalium dikromat. Beberapa contoh yang lain adalah penentuan asam oksalat dengan
menggunakan permanganate, penentuan besi(II) dengan serium(IV), dan sebagainya.
Karena
melibatkan reaksi redoks maka pengetahuan tentang penyetaraan
reaksi redoks memegang peran penting, sepertinya akan menjadi
tidak mungkin bisa mengaplikasikan titrasi redoks tanpa melakukan penyetaraan
reaksinya dulu. Selain itu pengetahuan tentang perhitungan sel volta, sifat
oksidator dan reduktor juga sangat berperan. Dengan pengetahuan yang cukup baik
mengenai semua itu maka perhitungan stoikiometri titrasi redoks menjadi jauh
lebih mudah. Perlu diingat dari penyetaraan reaksi kita akan mendapatkan harga
equivalen tiap senyawa untuk perhitungan.
Titik
akhir titrasi dalam titrasi redoks dapat dilakukan dengan membuat kurva
titrasi antara potensial larutan dengan volume titrant (potensiomteri), atau
dapat juga menggunakan indicator. Dengan memandang tingkat kemudahan dan
efisiensi maka titrasi redoks dengan indicator sering kali yang banyak dipilih.
Beberapa titrasi redoks menggunakan warna titrant sebagai indicator contohnya
penentuan oksalat dengan permanganate, atau penentuan alkohol dengan kalium
dikromat.
Indikator
titrasi redoks tentunya tergantung dari jenisnya masing-masing dan pastinya
berbeda-beda. Ada yang menggunakan amilum sebagai indicator, khususnya
titrasi redoks yang melibatkan iodine. Indikator yang lain yang bersifat
reduktor/oksidator lemah juga sering dipakai untuk titrasi redoks misalnya
ferroin, metilen, blue, dan nitroferoin. Atau ada juga yang tidak menggunakan
indikator seperti permanganometri
Contoh
titrasi redoks yang terkenal adalah iodimetri, iodometri, permanganometri
menggunakan titrant kalium permanganat untuk penentuan Fe2+ dan oksalat, Kalium
dikromat dipakai untuk titran penentuan Besi(II) dan Cu(I) dalam CuCl.
Bromat dipakai sebagai titrant untuk penentuan fenol, dan iodida
(sebagai I2 yang dititrasi dengan tiosulfat), dan Cerium(IV) yang bisa
dipakai untuk titrant titrasi redoks penentuan ferosianida dan nitri
1 komentar:
buat teman2 salam dari Didah admin Wisata Jawa Barat dan Kawah Putih
Posting Komentar